Dr Alpi Sahari: Polri Menghadapi Berbagai Tantangan Disrupsi

Dr Alpi Sahari: Polri Menghadapi Berbagai Tantangan Disrupsi

SERGAP.CO.ID

MEDAN, || Akademisi Dr Alpi Sahari, SH. M.Hum mengatakan, membangun “nation and character building” di era transformasi Polri yang PRESISI merupakan tantangan yang tidak ringan.

Menurutnya, Polri di bawah kepemimpinan Jenderal Pol. Listiyo Sigit Prabowo menghadapi berbagai tantangan disrupsi dengan dinamika tersendiri.

“Tantangan ini antara lain meliputi era metaverse dan pengembangan artificial intelegence yang tentunya harus diikuti dengan kompetensi SDM Polri melalui pendidikan pembentukan dan pendidikan pengembangan,” ujarnya di Medan, Sabtu (26/2).

Dikatakan, pendidikan tentunya dimulai dari tahap seleksi untuk menentukan kelulusan sesuai dengan standar berdasarkan prinsip transparansi dan responsibilitas. “Artinya bahwa pembentukan nation and character building bagi SDM Polri harus dimulai pada tahapan seleksi yang ditindaklanjuti pada lembaga Pendidikan,” sebut Dr Alpi Sahari yang sering diminta Polri sebagai saksi ahli di sidang praperadilan.

Tantangan dan karakter dasar nilai jika tidak ada keseimbangan akan melahirkan “cultural shock” atau “cultural lag”. “Pemaknaan reward berupa penghargaan, kuota khusus Kapolri tidak hanya sebatas ditujukan dengan menilai kepentingan profesi dan organisasi, namun juga pengabdian dalam kerangka nation and character building.” ujar Dr Alpi Sahari.

Menurutnya, ketika berbicara tentang era disrupsi, catatlah bahwa trennya bukan sekedar inovasi dan revolusi teknolog informasi (TI) “Tetapi menurut Francis Fukuyama perhatikan fenomena the great destruption yaitu kekacauan sosial besar-besaran dalam lanscape kebudayaan manusia,” ujarnya.

Dia menyebut contoh yang dikutip dari tulisan Haedar Nashir Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah “Membangun Moralitas Bangsa—seperti terjadi di Amerika Serikat yang telah mengalami pergeseran besar selama tiga dekade terakhir dalam struktur sosialnya, kriminalitas meluas, kepercayaan menipis, keluarga berantakan dan individualisme mengalahkan komunitas.

(Red)

Pos terkait

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.